
There is a jouissance beyond the pleasure principle - Jacques Lacan
Pernah saya bertanya kepada beberapa orang tentang apa yang mereka inginkan dalam hidup. Ada yang bilang kalau mereka ingin jadi orang sukses. Ada juga yang ingin menikah dengan orang yang mereka idamkan. Banyak pula yang bilang ingin bekerja di perusahaan besar dengan posisi tinggi.
Tidak ada yang salah sih, dengan impian. Manusia adalah salah satu makhluk beruntung karena memiliki kemampuan untuk mereka-reka dan berimajinasi. Impian adalah hal yang membuat manusia menjadi benar-benar manusia. Tetapi ketika hidup kita habis untuk memikirkan impian itu, hingga kita jatuh stress, lantas bagaimana?

Ada satu frasa Bahasa Prancis yang saya suka: joie de vivre. Secara harfiah, artinya adalah kenikmatan hidup. Namun definisinya secara luas adalah seni untuk menikmati hidup, menikmati apapun yang kita lakukan, segala hal yang kita lakukan. Dalam kamus Prancis Paul Robert sendiri, joie yang dimaksud adalah sentiment exaitant ressenti par toute la conscience: perasaan bahagia yang meliputi jiwa dan raga.

Mendengar frasa tersebut, mungkin beberapa di antara kita akan merasa skeptis dan bilang kalau kesenangan itu sifatnya sementara dan tidak berguna untuk masa depan. Tapi, joie de vivre bukan sekadar kesenangan semacam main main, nongkrong, ngopi, sambil melupakan hal lain yang penting. Bukan. Bahkan bekerja pun dapat dianggap sebagai joie de vivre, saat kita menikmati apa yang kita kerjakan dan kita pikirkan.
Masalahnya adanya, banyak di antara kita yang terlalu berfokus pada tujuan dan melupakan proses. Kita terlalu sibuk mengejar sesuatu dan lupa bahwa banyak hal-hal kecil yang bisa kita nikmati. Kita melupakan indahnya pemandangan di sekitar. Nikmatnya mengopi di sela-sela aktivitas harian. Lezatnya rasa kue cubit yang setengah matang. Melupakan indahnya alunan musik yang bisa dinikmati dari ponsel kita. Tawa dan kebahagiaan orang terdekat.

Atau, ada pula di antara kita yang terlalu sibuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita hingga kita lupa menjadi diri sendiri. Kita pun kemudian melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan, bekerja di tempat yang tidak kita sukai, dan berteman dengan mereka yang sebetulnya tidak cocok dengan kita. Apa yang kemudian didapatkan? Bisa citra, ataupun materi. Tapi kemudian kita kehilangan diri kita sendiri. Kita kehilangan rasa senang, dan mendapati bahwa ada kekosongan besar di dalam hati kita.
Saya pun pernah merasakan hal yang demikian. Sempat bekerja di suatu tempat hanya karena tempat itu keren, saya pun akhirnya merasa kosong, menderita, dan akhirnya jatuh sakit karena tertekan. Pada hari libur pun saya tidak dapat menikmati berbagai hal karena merasa bahwa di Hari Seninnya, saya akan kembali bekerja dan tertekan. Saya selalu memikirkan rasa tertekan itu bahkan di luar tempat kerja sekalipun. Merasa kehilangan kebahagiaan dan terus menerus sakit, saya pun memutuskan untuk keluar meski baru bekerja selama sebulan.
Materi dan citra memang penting. Namun pada dasarnya, bila kita mampu menikmati apa yang kita kerjakan, mampu menikmati segala hal di sekitar kita termasuk proses berkumpul dengan orang terdekat dan juga bekerja sesuai dengan yang kita inginkan, tanpa didasari perasaan angkuh dan ingin unjuk diri pada dunia, sebetulnya joie de vivre begitu mudah untuk kita dapatkan. Karena kenikmatan hidup itu tidak jauh, tidak semahal kelas bisnis Fly Emirates yang bisa membawamu jalan-jalan ke Dubai, tidak sama sekali. Kenikmatan hidup itu bersumber pada dirimu sendiri, ketika kamu bisa menghargai apa yang kamu rasakan dan kamu miliki.

Nah, sudahkah kamu menemukan kenikmatan hidupmu hari ini?
0 Comments