
Akuilah, tidak ada manusia yang tidak rasis"
Saya mendengar kalimat tersebut dari dosen saya, mungkin sekitar dua tahun yang lalu. Jujur saja, saya ingin menolak anggapan tersebut. Tetapi penolakan terhadap hal itu sama saja dengan bermunafik ria, akuilah, baik di dalam ataupun di luar hati, sesungguhnya kita semua rasis. Kita semua memiliki kecenderungan untuk lebih nyaman berkisar di antara kelompok dengan latar belakang yang sama dengan dirinya.
(Bahkan, dalam memilih jodohpun, saya memilih yang satu suku dengan saya -lelaki Jawa, yang kalau bisa Jawa Tengah!-)
Kenyamanan ini, menurut saya, tidak salah sama sekali. Pasalnya ya memang kita lebih cocok kok, dengan orang yang punya lebih banyak kesamaan. Maka dari itu, anggapan dosen saya bahwa semua orang rasis, ya mungkin ada betulnya. Tapi tunggu dulu, kalian semua paham 'kan, rasisme itu apa?
![]() |
Karikatur yang menyindir tentang rasisme kulit hitam |
Hingga kini, rasisme terkadang masih menjadi sesuatu yang renyah untuk dibicarakan. Seperti dalam perhelatan Academy Awards ke-88 yang baru digelar kemarin. Acara bergengsi dunia perfilman ini tak hanya dihebohkan oleh kemenangan Leonardo di Caprio (yang telah menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan piala emas Oscar), tetapi juga tingkah Chris Rock, pembawa acara Oscar kali ini yang dengan gamblang mengatakan bahwa Academy Awards lebih pantas dinamai The White People's Choice Awards. Pasalnya, tidak banyak aktor dan aktris berkulit hitam yang memenangkan, bahkan masuk nominasi.
![]() |
Setelah menunggu bertahun-tahun, Leonardo diCaprio mendapatkan Piala Oscar pertamanya |
![]() |
Chris Rock saat menjadi pembawa acara Academy Award 2016 |
Melihat kembali hal tersebut, mungkin memunculkan rasa jijik di dalam hati kita. Bagaimana bisa para manusia dipamerkan layaknya binatang di Kebun Binatang, di mana rasa manusiawi itu? Tetapi hal tersebut saat itu dianggap wajar, karena memang orang kulit putih Eropa dianggap memiliki kasta yang jauh lebih tinggi.
![]() |
Salah satu pertunjukan Human Zoo |
Tapi sejujurnya, rasisme terhadap kulit hitam di masa kini, sudah jauh memudar ketimbang di masa lalu. Terutama, di kancah Hollywood. Lihatlah berbagai penyanyi, aktor, aktris, bahkan produser di Amerika Serikat, tak hanya diisi oleh anglo-saxon, tetapi juga afro-american: Beyoncé, Will Smith, Timbaland, dan masih banyak lagi.

Dan juga Chris Rock, yang membawakan acara Academy Awards itu.
Mengenai rasisme yang membuat nominator Academy Awards dan pemenang Oscar diisi oleh para "kulit-putih", rasanya itu bukan karena rasisme. Tapi karena jumlah. Jumlah orang berkulit putih yang berkecimpung di Hollywood, dengan berbagai profesi perfilman, berjumlah lebih dari 80 persen pada tahun 2015 (berdasarkan data dari Ralph J. Bunche for African American Studies at UCLA:2015 Hollywood Diversity Reports). Maka wajarlah apabila pemenang Oscar diisi dengan para penggiat film berkulit putih. Terlebih, banyak aktor/aktris kulit putih yang lebih "fleksibel" memerankan peran: menjadi orang Amerika, orang Eropa, orang Prancis, orang Rusia, orang Portugis, dan sebagainya, karena kemiripan fisik.

Apakah hal ini kemudian menjadi bentuk dari diskriminasi? Tergantung bagaimana kita melihatnya. Kalau saya pribadi, saya melihat bahwa diskriminasi kulit hitam di dunia Hollywood sudah sangat memudar. Apalagi dalam dunia musik, terutama musik rap.

Entahlah kalau di negara lain seperti Prancis, yang banyak kedatangan imigran berkulit hitam dari Afrika. Mungkin masih ada, tetapi sudah jauh lebih membaik. Namun sekali lagi, perkataan dosen saya di masa lalu tak bisa dipungkiri: akuilah dalam hati, kita semua rasis! Ya, kita mungkin bisa berbicara tentang toleransi di depan banyak orang. Tetapi saat berbicara pada diri sendiri, yakinkah kalau toleransi itu masih ada?
Foto: Berbagai sumber
0 Comments