Apa yang akan
dikatakan para filsuf apabila mereka menyimak hal-hal yang terjadi di Bulan
November 2016?
1. Make America
Great Again
Tak disangka, Donald
Trump, pengusaha real-estate Amerika Serikat terpilih menjadi Presiden Amerika
Serikat mengalahkan Hillary Clinton. Meskipun Trump dianggap sosok yang
menyebalkan dan tidak cukup serius untuk menjadi pemimpin, tetapi toh rakyat
Amerika Serikat harus menerima kenyataan bahwa inilah pilihan dari sistem
demokrasi dalam pemilihan di negara mereka.
Usai kemenangan
Donald Trump, banyak protes yang berdatangan dari masyarakat. Salah satu
alasannya adalah, kepemimpinan Trump dapat menimbulkan nepotisme, karena dia
dan keluarganya adalah pengusaha real-estate besar yang menguasai banyak sektor
di Amerika Serikat.
Dunia ini sejatinya adalah keinginan
untuk berkuasa, tidak ada yang lain. Dan dirimu tidak lain adalah simbol dari
keinginan untuk berkuasa itu sendiri - Friedrich Nietzsche
2. Basuki
Berkicau Tak Henti
Amerika Serikat punya
Trump. Indonesia punya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Kita tidak akan
menyamakan keduanya karena citra keduanya jelas berbeda. Trump terlihat
oportunis dan Ahok terlihat ambisius dan idealis. Namun Ahok tengah menjadi
perbincangan, kebanyakan negatif, sama seperti Trump. Hal ini disebabkan oleh
pernyataannya tentang korelasi pemilih dan hubungannya
dengan kebohongan menggunakan Surat Al-Maidah ayat 51. Tak hanya
perbincangan, Ahok pun didemo oleh ribuan umat muslim dan kini seringkali
menerima teror saat akan kampanye. Tindakan teror itu sebetulnya melanggar
hukum, dan bisa dilaporkan ke pihak berwajib.
Belum berhenti sampai
di situ, Ahok kembai menegaskan bahwa mereka yang berdemo pada tanggal 4
Desember 2016 adalah pendemo bayaran. Sontak, pernyataannya ini seperti kembali
menyalakan api unggun yang sudah cukup panas dan besar.
Struktur pembicaraan bukan sekadar
cerminan struktur dalam pikrian – Lev Semenovich Vygotsky
3. Mario Teguh dan
Mantan Anak
Usai perseteruan
sengit di berbagai media, tes DNA membuktikan bahwa Ario Kiswinar Teguh adalah
anak dari Mario Teguh. Meskipun begitu, perdebatan tak berhenti sampai di situ.
Pengacara Mario Teguh, Vidi Galenso Syarif mengatakan bahwa selain harta, Ario
suatu saat juga harus menanggung utang Mario Teguh karena pembuktian tentang keabsahannya
sebagai anak ini. Selain itu, Vidi juga mengatakan bahwa semestinya Kiswinar
harus meminta maaf karena telah menyebabkan kekisruhan.
Mario Teguh sendiri
seolah melupakan apa yang pernah dikatakannya tentang masa lalunya. Bahwa
Kiswinar adalah anak hasil hubungan sang mantan istri dengan lelaki lain, dan
dia hanya memiliki dua anak saja. Dan saat ini, dirinya tengah mengupayakan
jalan damai, meskipun sepertinya hal tersebut tidaklah benar-benar tulus
dilakukan olehnya.
We are not the source of our existence,
but we find ourselves in the world that we don’t choose and we can’t control –
Jean-Paul Sartre
4. Berita dan Cerita
Adalah Virus
Virus adalah
sebuah parasit yang menginfeksi sel organisme. Virus senantiasa
memanfaatkan sel-sel dalam makhluk hidup karena virus tidak dapat hidup
tanpa inang.
Menganalogikan berita
dengan virus, maka kita, para penyebar adalah inang bagi berita-berita itu
untuk menyebarkan pengaruhnya dari satu orang ke orang lain. Tak masalah bila
berita yang disebarkan adalah berita yang bermanfaat. Sayangnya banyak berita
yang tak bermanfaat, bahkan cenderung provokatif dan penuh dengan kebohongan.
Persebarannya kebanyakan di sosial media dan fitur pesan singkat. Berita-berita
itu menjelma menjadi virus-virus yang membuat pikiran kita menjadi sakit.
Yang menyedihkan
adalah, berita-berita tersebut juga disebarkan oleh banyak orang yang memiliki
citra cerdas dan sebelumnya sering dianggap sebagai orang-orang dengan
kemampuan intelektualitas yang di atas rata-rata.
Because there are three classes of intellects: one which comprehends by itself, another which appreciates what others comprehend, and a third which neither comprehends by itself nor by the showing of others. The first is the most excellent, the second is good, the third is useless - Niccolo Machiavelli
2 Comments
November 2016 penuh kejutan. Mulai dari panggung politik, hingga fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Setiap kita memiliki peran dan pilihan sikap yang menentukan nasib diri dan bangsa di kemudian hari.
ReplyDeleteYa betul. November tahun ini memang bergejolak. Semoga di bulan-bulan berikutnya, kondisi di negara ini akan lebih kondusif.
Delete